Jumat, 03 April 2009

contoh scripsi











LCD Text Generator at TextSpace.net


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi semakin meningkat. Hal ini dapat dilihat dari hadirnya alat-alat yang dapat mempermudah sistem kerja dari yang bersifat sederhana kedalam bentuk peralatan yang lebih modern dengan menggunakan teknologi. Salah satu hasil peningkatan teknologi informasi adalah sistem informasi akuntansi melalui komputer dan internet.
Penggunaan sistem informasi dalam organisasi telah meningkat secara signifikan. Secara teknis teknologi informasi telah berkembang dengan pesat dan secara kualitas juga sudah meningkat dengan drastis. Hartono (2007:1) menyebutkan bahwa pada beberapa dekade yang lalu, banyak sistem teknologi informasi yang gagal karena aspek teknisnya, yaitu kualitas teknik sistem teknologi yang buruk. Sekarang, walaupun kualitas sistem teknologi sudah membaik, tetapi masih juga terjadi kegagalan dalam penerapan sistem teknologi. Hal itu dikarenakan aspek keperilakuan (behavioral) dari individu yang menolak menggunakan sistem informasi dengan berbagai alasan.
Menurut Westland dan Clark (2000), sejak tahun 1980 sekitar 50% modal baru digunakan untuk pengembangan sistem informasi. Mahalnya investasi dibidang sistem informasi masih menimbulkan permasalahan yaitu penggunaan yang masih rendah terhadap sistem informasi secara kontinyu. Rendahnya penggunaan sistem informasi diidentifikasikan sebagai penyebab utama yang mendasari produktivity paradox, yaitu investasi yang mahal dibidang sistem tetapi menghasilkan return yang rendah.
Statement of Financial Accounting Concept No. 2, Financial Accounting Standard Board mendefinisikan akuntansi sebagai sistem informasi. Standar akuntansi keuangan tersebut juga menyebutkan bahwa tujuan utama akuntansi adalah untuk menyediakan informasi bagi pengambil keputusan. Sistem informasi akan memberikan kemudahan bagi akuntan manajemen untuk menghasilkan informasi keuangan yang dapat dipercaya, relevan, tepat waktu, dapat dipahami dan teruji sehingga dapat membantu proses pengambilan keputusan.
Sehubungan dengan definisi diatas, American Institute of Certified Public Accountant (AICPA) telah membuat sertifikasi baru berupa Certified Information Technology Proffessional (CITP). CITP mendokumentasikan keahlian sistem para akuntan yaitu akuntan yang memiliki pengetahuan luas dibidang teknologi dan yang memahami bagaimana tekhnologi informasi dapat digunakan dalam berbagai organisasi. Hal ini mencerminkan pengakuan AICPA atas pentingnya teknologi atau sistem informasi dan hubungannya dengan akuntansi.

Pemerintah terus melakukan usaha-usaha untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara. Usaha pemerintah dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance), yaitu reformasi keuangan negara mencakup bidang peraturan perundang-undangan, kelembagaan, sistem dan peningkatan kualitas sumberdaya manusia.
Dibidang peraturan perundang-undangan, pemerintah dengan persetujuan DPR-RI telah menetapkan satu paket undang-undang dibidang keuangan negara, yaitu Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung jawab Keuangan Negara. Ketiga undang-undang tersebut menjadi dasar bagi institusi negara mengubah pola administrasi keuangan (financial administration) menjadi pengelolaan keuangan (financial management)
Untuk menyusun Standar Akuntansi Pemerintahan, Presiden RI telah menetapkan Keputusan Presidan Nomor 84 Tahun 2004 tentang Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP), sebagaimana diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 2 Tahun 2005. KSAP telah berhasil menyusun suatu standar akuntansi pemerintahan yang ditetapkan Presiden sebagai Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (PP SAP), tertanggal 13 juni 2005.
Dengan ditetapkannya PP SAP maka pemerintah pusat dan pemerintah daerah telah memiliki suatu pedoman dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan sesuai dengan prinsip-prinsip yang berlaku secara internasional. Hal ini menandai dimulainya suatu era baru dalam pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD dalam rangka memenuhi prinsip tranparansi dan akuntabilitas.
Standar Akuntansi Pemerintahan dimaksud dibutuhkan dalam rangka penyusunan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD berupa laporan keuangan yang setidak-tidaknya meliputi Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan. Peraturan Pemerintah ini juga merupakan pelaksanaan Pasal 184 ayat (1) dan (3) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, yang menyatakan bahwa laporan keuangan pemerintah daerah disusun dan disajikan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
Teknologi informasi akuntansi merupakan bagian dari sistem informasi yang merujuk pada teknologi yang digunakan dalam menyampaikan maupun mengolah informasi. Teknologi informasi telah membawa perubahan yang sangat mendasar bagi organisasi baik swasta maupun organisasi publik. Oleh karena itu, teknologi informasi akuntansi menjadi suatu hal yang sangat penting dalam meningkatkan kemampuan organisasi untuk bertahan (survive) di era globalisasi. Untuk dapat bertahan dan terus meningkatkan kemampuannya, organisasi harus memiliki informasi yang berkualitas. Informasi yang berkualitas akan terbentuk dari adanya sistem informasi yang dirancang dengan baik.
Variabel (ekspektasi usaha, faktor sosial, kondisi-kondisi yang memfasilitasi pemakai dan minat pemanfaatan sistem informasi akuntansi) pada penelitian ini dijadikan fokus penelitian. Subjeknya adalah satuan kerja (satker) dalam wilayah pembayaran KPPN Banda Aceh. Satker merupakan suatu entitas yang mengelola Dokumen Isian Pengelolaan Anggaran (DIPA).
Penelitian ini adalah replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Handayani (2007), yang meneliti tentang “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Pemanfaatan Sistem Informasi dan Penggunaan Sistem Informasi”. Peneliti dimaksud melakukan penelitian terhadap perusahaan industri manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta.
Adapun yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah objek, lokasi dan juga variabelnya. Dimana Handayani mengambil variabel ekspektasi kinerja, ekspektasi usaha, faktor sosial dan kondisi-kondisi yang memfasilitasi pemakai sebagai variabel dependen dan variabel minat pemanfaatan serta penggunaan sistem informasi sebagai variabel independen.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh ekspektasi usaha, faktor sosial dan kondisi-kondisi yang memfasilitasi pemakai terhadap minat pemanfaatan sistem informasi akuntansi pada Satuan Kerja (Satker) dalam wilayah pembayaran Kantor Pelayanan dan Perbendaharaan Negara (KPPN) Banda Aceh, dengan mengambil judul : “Pengaruh Ekspektasi Usaha, Faktor Sosial dan Kondisi-kondisi yang Memfasilitasi Pemakai Terhadap Minat Pemanfaatan Sistem Informasi Akuntansi (Studi Empiris pada Satker-satker dalam Wilayah Pembayaran KPPN Banda Aceh)”.
1.2. Perumusan Masalah
Permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah ekspektasi usaha berpengaruh positif signifikan terhadap minat pemanfaatan sistem informasi akuntansi
2. Apakah faktor sosial berpengaruh positif signifikan terhadap minat pemanfaatan sistem informasi akuntansi
3. Apakah kondisi-kondisi yang memfasilitasi pemakai berpengaruh positif signifikan terhdap minat pemanfaatan sistem informasi akuntansi
4. Apakah ekspektasi usaha, faktor sosial dan kondisi-kondisi yang memfasilitasi pemakai berpengaruh positif signifikan terhadap minat pemanfaatan sistem informasi akuntansi

1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh ekspektasi usaha terhadap minat pemanfaatan sistem informasi akuntansi pada satker-satker dalam wilayah pembayaran KPPN Banda Aceh.
2. Untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh faktor sosial terhadap minat pemanfaatan sistem informasi akuntansi pada satker-satker dalam wilayah pembayaran KPPN Banda Aceh.
3. Untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh kondisi-kondisi yang memfasilitasi pemakai terhadap minat pemanfaatan sistem informasi akuntansi pada satker-satker dalam wilayah pembayaran KPPN Banda Aceh.
4. Untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh ekspektasi usaha, faktor sosial dan kondisi-kondisi yang memfasilitasi pemakai terhadap minat pemanfaatan sistem informasi akuntansi pada satker-satker dalam wilayah pembayaran KPPN Banda Aceh.

1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memperoleh kegunaan sebagai berikut:
1. Dapat menambah literatur penelitian dibidang sistem informasi akuntansi dengan memberikan pemahaman lebih mendalam mengenai pengaruh ekspektasi usaha, faktor sosial dan kondisi-kondisi yang memfasilitasi pemakai terhadap minat pemanfaatan sistem informasi akuntansi.
2. Untuk menambah wawasan penulis dalam melihat pentingnya penggunaan sistem informasi di era globalisasi.
3. Menjadi masukan bagi KPPN Banda Aceh untuk terus mengembangkan sistem informasi akuntansi melalui fasilitas komputer dan internet sehingga satker-satker di daerah mudah mengakses informasi akuntansi yang mereka butuhkan.
4. Diharapkan kepada satker-satker yang berada dalam wilayah pembayaran KPPN Banda Aceh untuk dapat menggunakan sistem informasi akuntansi melalui program sistem akuntansi instansi dan program lainnya yang berkenaan dengan akuntansi guna kelancaran tugas-tugas yang dipikul.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan terhadap staf yang bekerja pada satker-satker dalam wilayah pembayaran KPPN Banda Aceh. Data penelitian yang diperoleh berdasarkan kuesioner yang mencerminkan tingkat tanggapan satker terhadap variabel yang diteliti. Ruang lingkup penelitian ini terfokus pada pembahasan mengenai pengaruh ekspektasi usaha, faktor sosial dan kondisi-kondisi yang memfasilitasi pemakai terhadap minat pemanfaatan sistem informasi akuntansi.









BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1. Sistem Informasi Akuntansi
2.1.1. Sistem Informasi
Menurut Widjayanto (2001:1) sistem informasi adalah seperangkat komponen yang saling berkaitan, bekerja sama untuk menghimpun, mengolah dan menyebarkan informasi guna mendukung pengambilan keputusan, koordinasi, pengawasan, analisis dan visualisasi didalam sebuah organisasi. Menurutnya sistem informasi merupakan gabungan dari komputer dan pemakai yang mengelola perubahan data menjadi informasi, serta menyimpan data dan informasi tersebut.
Menurut Bodnar dan Hopwood (2000:4) istilah sistem informasi menganjurkan penggunaan teknologi komputer di dalam organisasi untuk menyajikan informasi kepada pemakai. Sistem informasi berbasis komputer merupakan sekelompok perangkat keras dan perangkat lunak yang dirancang untuk mengubah data menjadi informasi yang bermanfaat. Teknologi informasi adalah salah satu dari sekian banyak alat yang dipakai manajemen untuk membuat perubahan dalam perusahaan. Teknologi dalam sistem informasi sangat berkaitan dengan komputer.
Menurut Susanto (2002:55) sistem informasi yang baik mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1. Relevansi, hubungan informasi dengan situasi keputusan.
2. Kuantifiabilitas (dapat dikualifikasikan), tingkat kemampuan pemberian nilai numerik terhadap informasi.
3. Kecermatan (accuracy), keandalan dan kecepatan informasi.
4. Kepadatan (conciseness), tingkat penggabungan atau pengiktisaran informasi.
5. Ketepatan waktu.
6. Lingkup, jangka yang diliputi informasi.

Ciri-ciri inilah yang ada pada penggunaan komputer, karena komputer mempunyai kecepatan dan ketepatan yang belum dimiliki oleh peralatan lain sehingga penggunaan komputer yang benar dapat menciptakan kemudahan dalam penyelesaian pekerjaan yang diinginkan. Untuk itu dalam pengolahan sistem informasi agar menciptakan kemudahan penggunaan diperlukan suatu rancangan terlebih dahulu. Rancangan sistem bertujuan agar kegiatan pengolahan data didukung oleh hardware dan soft ware dengan baik sehingga terwujudnya tujuan yang diharapkan.
Menurut Fahmi (2007:15) agar informasi sebagai sumber daya organisasi bermanfaat dalam proses manajemen, informasi tersebut harus memiliki ciri-ciri kemutakhiran, kelengkapan, keandalan, akurasi, dapat dipercaya serta tersimpan sedemikian rupa sehingga mudah ditelusuri jika diperlukan. Informasi yang memiliki ciri-ciri tersebut akan sangat mendukung pengambilan keputusan tepat, rasional dan cepat.

2.1.2. Sistem Informasi Akuntansi
Menurut Widjayanto (2001:4) sistem informasi akuntansi adalah: “Susunan berbagai formulir pencatatan, termasuk komputer dan perlengkapannya serta alat komunikasi, tenaga pelaksanaannya dan laporan yang terkoordinasikan secara erat yang didesain untuk mentransformasikan data keuangan menjadi informasi yang dibutuhkan manajemen”.
Lebih lanjut, Bodnard dan Hoopwood (2000:1) mendefinisikan sistem informasi akuntansi sebagai kumpulan sumber daya, seperti manusia dan peralatan yang diatur untuk mengubah data menjadi informasi. Informasi ini dikomunikasikan kepada beragam pengambilan keputusan. Sistem mewujudkan perubahan ini apakah secara manual atau komputerisasi.
Menurut Hongren dan Harrison (1997:296-297) ada tiga komponen yang merupakan dasar dari sistem akuntansi terkomputerisasi, yaitu:
1. Piranti keras (hardware)
Hardware merupakan suatu peralatan elektronik yang terdiri dari komputer, disk drives, layar, alat pencetak (printer) dan jaringan (network) yang menghubungkan semua komponen tersebut. Hampir semua sistem akuntansi komputer yang berbeda dapat saling membagi informasi. Dalam sistem jaringan ini, semua komputer akan dihubungkan dengan komputer pusat yang menyimpan program dan data.
2. Piranti lunak (software)
Software merupakan kumpulan program yang menyebabkan komputer akan melakukan pekerjaan yang kita inginkan. Piranti lunak akuntansi akan menerima, memeriksa, (dan juga mengubah), menyimpan data transaksi dan juga menyusun laporan yang dapat dipergunakan manajer untuk menjalankan operasi perusahaan/ organisasi. Banyak paket piranti lunak akuntansi yang tidak berhubungan dengan aktivitas lain yang ada dalam sistem akuntansi
3. Personil dalam perusahaan/organisasi
Personil merupakan faktor yang paling penting, karena personil tersebut yang akan mengoperasikan sistem akuntansi perusahaan. Sistem akuntansi yang modern juga akan memberikan akses pada manajer non keuangan sehingga mereka dapat mempergunakan data yang dihasilkan sistem akuntansi (tetapi tidak seluruhnya). Hal terpenting dalam pengelolaan sistem akuntansi yang terkomputerisasi adalah menjaga keamanan data dan menentukan orang-orang yang dapat memperoleh data tersebut. Pengamanan data biasanya dilakukan dengan menggunakan passwords, yaitu semacam kode yang membuat hanya orang-orang tertentu yang dapat mengakses data yang terdapat dalam catatan komputer.

Selanjutnya Baridwan (1993:5) menyebutkan komputerisasi sistem akuntansi mempunyai keuntungan sebagai berikut:
a) biaya pengolahan informasi menjadi lebih hemat.
b) Kemampuan memproses dan menyimpan data dalam komputer lebih cepat dan lebih besar
c) kemampuan yang lebih besar untuk menerapkan berbagai macam fungsi akuntansi, termasuk penyiapan dokumen catatan transaksi.


2.1.3. Tujuan Sistem Informasi Akuntansi
Dibentuknya suatu sistem informasi akuntansi dalam perusahaan/organisasi adalah sebagai alat untuk menjalankan kegiatan guna mencapai tujuan. Wilkinson (1997:16) menyebutkan:
“sistem informasi dalam dunia bisnis dan pemerintahan mempunyai tiga tujuan utama, yaitu (1) menyajikan informasi guna mendukung pengambilan keputusan, (2) menyajikan informasi guna mendukung operasi harian: dan (3) menyajikan informasi yang berkenaan dengan kepengurusan (stewarship).Dua tujuan utama menyangkut kepentingan pemakaian internal dan eksternal, sedangkan yang ketiga menyangkut pihak eksternal”.

Demikian pula halnya dengan apa yang diungkapkan Ikatan Akuntan Indonesia (1994:319.5), bahwa: sistem akuntansi yang efektif mempertimbangkan pembuatan metode dan catatan. Hal ini bertujuan untuk :
a) Mengidentifikasikan dan mencatat semua transaksi sah
b) Menggambarkan transaksi secara tepat waktu dan cukup rinci sehingga memungkinkan pengelompokan transaksi secara semestinya untuk melaporkan keuangan
c) Mengatur nilai transaksi dengan cara yang memungkinkan pencatatan nilai keuangan yang layak dalam laporan keuangan.
d) Menentukan periode terjadinya transaksi untuk memungkinkan pencatatan transaksi pada periode akuntansi semestinya.
e) Menyajikan dengan semestinya transaksi dan pengungkapannya dalam laporan keuangan.

Agar sistem informasi akuntansi dapat berjalan dengan baik, maka faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam penyusunan sistem akuntansi harus diterapkan, karena setiap elemen mempunyai hubungan yang saling menunjang aktivitas. Dengan demikian tujuan dari penyusunan sistem informasi akuntansi untuk meningkatkan kinerja pemerintahan dalam mencapai tujuan dapat tercapai.
Menurut Mulyadi (1993:19) penyusunan sistem akuntansi dalam perusahaan bertujuan untuk:
a) Menyiapkan informasi bagi pengelolaan kegiatan usaha-usaha baru.
b) Memperbaiki informasi yang dihasilkan oleh sistem yang sudah ada, baik mengenai mutu, ketepatan penyajian maupun struktur informasinya.
c) Memperbaiki pengawasan akuntansi dan pengecekan intern, yaitu untuk memperbaiki tingkat keandalan (reliability) informasi akuntansi dan untuk menyediakan catatan lengkap mengenai pertanggungjawaban dan perlindungan perusahaan.
d) Mengurangi biaya klerikal dalam penyelenggaraan catatan akuntansi.

2.2. Teori Dasar Sistem Informasi
a. Teori Tindakan Beralasan
Teori tindakan beralasan (Theory of Reasoned Action/TRA) dikembangkan oleh Icek Ajzen dan Martin Fishbein. Teori ini lahir karena kurang berhasilnya penelitian-penelitian yang menguji teori sikap, yaitu hubungan antara sikap dengan perilaku. Hasil-hasil penelitian terdahulu yang menguji teori sikap kurang memuaskan karena banyak ditemukan hubungan yang lemah antara pengukuran sikap dangan kinerja dari perilaku sukarela (volitional behavior) yang dikehendaki.
Menurut Hartono (2007) minat perilaku (behavioral intention) dan perilaku (behavior) adalah dua hal yang berbeda. Minat perilaku masih merupakan suatu minat. Minat (intention) adalah keinginan untuk melakukan perilaku. Minat belum berupa perilakunya. Perilaku adalah tindakan atau kegiatan nyata yang dilakukan. TRA menjelaskan bahwa perilaku dilakukan karena individu mempunyai minat atau keinginan untuk melakukannya. Minat perilaku akan menentukan perilakunya.
TRA mengusulkan bahwa minat perilaku adalah suatu fungsi dari sikap dan norma subjektif terhadap perilaku. Ini berarti bahwa minat seseorang untuk melakukan perilakunya diprediksi oleh sikapnya terhadap perilaku dan bagaimana dia berpikir orang lain akan menilainya jika dia melakukan perilaku tersebut (disebut norma subjektif). Sikap seseorang dikombinasikan dengan norma subjektif akan membentuk minat perilakunya.
TRA menjelaskan bahwa perilaku dilakukan karena individu mempunyai minat atau keinginan untuk melakukannya. Teori ini juga menjelaskan tahapan-tahapan manusia melakukan perilaku. Pada tahap awal perilaku diasumsikan sebagai minat. Pada tahap berikutnya minat dapat dijelaskan dalam bentuk sikap terhadap perilaku dan norma subjektif. Tahap ketiga mempertimbangkan sikap dan norma subjektif dalam bentuk kepercayaan tentang konsekuensi melakukan perilakunya dan tentang ekspektasi normatif dari orang yang direferensi.
Menurut Ajzen (1988) banyak sekali perilaku yang dilakukan oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari dilakukan dibawah kontrol kemauan pelaku. Perilaku yang dilakukan dibawah kontrol kemauan ini disebut dengan perilaku volitional (volitional behavior) yang didefinisikan sebagai perilaku yang diinginkan oleh individu, atau ditolak untuk tidak dilakukan jika mereka memutuskan untuk menolaknya. Perilaku volutional disebut juga dengan istilah perilaku yang diinginkan.
Kebalikan dari perilaku atas kemauan sendiri adalah perilaku yang diwajibkan (mandatory behavior). Perilaku yang diwajibkan adalah perilaku yang bukan atas kemauan sendiri, tetapi dikarenakan tuntutan atau kewajiban dari pekerjaan. Contoh dari perilaku yang diwajibkan adalah perilaku staf bagian keuangan pada satker-satker dalam wilayah pembayaran KPPN Banda Aceh untuk menggunakan sistem akuntansi instansi dalam menyelesaikan pekerjaan mereka. Sedangkan contoh perilaku menurut kemauan sendiri adalah ikut berpartisipasi pada PEMILU tahun 2009 ini, dengan memilih kandidat-kandidat yang disukai.
Hal penting tentang perilaku menurut kemauan sendiri/perilaku yang diinginkan adalah kejadian tersebut merupakan suatu hasil langsung dari usaha-usaha dibawah sadar yang dibuat oleh seorang individu. Proses yang terlibat dalam perilaku ini dapat dijelaskan oleh Hartono (2007) sebagai berikut:
1. Seseorang membentuk suatu keinginan atau minat untuk melakukan perilaku tertentu. Minat diasumsikan mampu menangkap faktor-faktor motivasional yang mempunyai dampak pada perilaku. Faktor ini adalah indikasi-indikasi tentang seberapa besar manusia mau mencoba, atau seberapa besar usaha direncanakan supaya dapat melakukan perilakunya.
2. Suatu usaha kemudian diperlukan untuk menterjemahkan suatu minat menjadi suatu tindakan. Selama belum diubah menjadi suatu tindakan, minat-minat masih berupa kecenderungan perilaku saja. Ia mengasumsikan bahwa perilaku kenyataannya adalah dibawah kontrol kemauan, maka usaha yang dilakukan juga akan menghasilkan suatu tindakan yang disukai.

TRA didasarkan pada asumsi bahwa manusia biasanya berperilaku secara sadar, bahwa mereka mempertimbangkan informasi yang tersedia, secara implisit dan eksplisit juga mempertimbangkan implikasi dari tindakan yang dilakukan. Konsisten dengan fokusnya pada perilaku volutional, dan sesuai dengan penelitian yang sudah dilaporkan, teori ini mempostulasikan bahwa minat dari seseorang untuk melakukan/tidak melakukan suatu perilaku merupakan penentu langsung dari tindakan atau perilaku. Dengan membatasi kejadian yang tidak terduga, individu diharapkan akan bertindak sesuai dengan minat mereka.
TRA mempunyai keterbatasan utama karena hanya dimaksudkan untuk menjelaskan perilaku yang akan dikerjakan secara sukarela bukan perilaku yang diwajibkan. Oleh karena itu model TRA sebenarnya kurang tepat jika digunakan untuk memprediksi perilaku yang spontan, kebiasaan, yang diinginkan, sudah diatur, atau kurang bersemangat.
Penelitian yang dilakukan oleh Hartwich dan Barki (1994) mengembangkan suatu model berbasis pada TRA untuk meneliti secara empiris hubungan antara partisipasi pemakai pada pengembangan sistem informasi dengan penggunakan sistemnya setelah diimplementasikan. Untuk menguji modelnya mereka menggunakan studi lapangan dengan waktu yang panjang (longitudinal) yang melibatkan dua periode waktu yaitu waktu pertama sebelum pengembangan sistem informasi dan periode kedua setelah implementasi sistem tersebut.
Penelitian diatas memberikan bukti yang kuat untuk mendukung TRA baik secara longitudinal melibatkan waktu (menggunakan sikap, norma subjektif, dan minat sebelum pengembangan sistem untuk memprediksi penggunaan sistem setelah implementasi) dan ecara cross section (menggunakan sikap, norma subjektif, dan minat setelah implementasi untuk memprediksi penggunaan sistem sekarang).
Sikap dan norma subjektif ditemukan menggunakan jumlah pengaruh yang berbeda sebelum dan sesudah pengembangan sistem. Sebelum pengembangan sistem, ketika pengetahuan dan kepercayaan pemakai terhadap sistem masih rendah dan belum dibentuk dengan baik, norma subjektif ditemukan mempunyai pengaruh yang lebih besar terhadap minat. Dengan demikian sebelum pengembangan sistem, minat dapat ditumbuhkan lewat pengaruh normatif (misalnya dukungan dari manajemen puncak) terbukti lebih efektif.
Bukti hasil penelitian ini juga menunjukkkan hasil TRA jangka pendek lebih signifikan dibandingkan dengan hasil TRA jangka panjang, juga konsisten dengan apa yang dijelaskan oleh Ajzen (1988) bahwa minat berubah menurut waktu. Semakin pendek interval waktu, semakin jarang terjadi perubahan pada minat. Akan tetapi, semakin lebar interval waktu, semakin mungkin terjadi perubahan pada minat dengan akibat hubungan antara minat dengan perilakunya menjadi lemah.

b. Model Penerimaan Teknologi
Menurut Hartono (2007), salah satu teori tentang penggunaan sistem teknologi informasi yang dianggap sangat berpengaruh dan umumnya digunakan untuk menjelaskan penerimaan individu terhadap penggunaan sistem teknologi informasi adalah model penerimaan teknologi (Technology Acceptance Model atau TAM). Teori ini pertama kali diperkenalkan oleh Davis (1986). Teori ini dikembangkan dari Theory of Reasoned Action.
TAM merupakan suatu model penerimaan sistem teknologi informasi yang akan digunakan oleh pemakai. Sedangkan TRA dapat diterapkan karena keputusan yang dilakukan oleh individu untuk menerima suatu teknologi sistem informasi merupakan tindakan sadar yang dapat dijelaskan dan diprediksi oleh minat perilakunya. TAM menambahkan dua konstruk utama kedalam model TRA, yaitu:
1. Kegunaan persepsian (perceived usefulness).
2. Kemudahan penggunaan persepsian (perceived ease of use).
Kegunaan persepsian dan kemudahan penggunaan persepsian mempunyai pengaruh pada minat perilakunya. Pemakai sistem teknologi informasi akan mempunyai minat jika merasa bahwa hal itu bermanfaat dan mudah digunakan. Kegunaan persepsian juga mempengaruhi kemudahan penggunaan persepsian, tapi tidak sebaliknya. Pemakai sistem akan menggunakan sistem jika sistem bermanfaat baik sistem itu mudah digunakan atau tidak. Sistem yang sulit digunakan akan tetap dipakai jika individu merasa bahwa sistem tersebut bermanfaat.
Model TAM dapat dilihat pada gambar berikut ini:






Menurut Davis et al.(1989) konstruk –konstruk utama pada TAM setelah dimodifikasi adalah sebagai berikut:
1. Kegunaan persepsian.
2. Kemudahan penggunaan persepsian.
3. Sikap terhadap perilaku atau sikap menggunakan teknologi.
4. Minat perilaku atau minat perilaku menggunakan teknologi.
5. Perilaku atau penggunaan teknologi sesungguhnya.
Kegunaan persepsian (perceived usefulness) didefinisikan oleh Davis (1986), sebagai sejauh mana seseorang percaya bahwa menggunakan suatu teknologi akan meningkatkan kinerja pekerjaannya. (“as the extent to which a person believes that using a technology will enhance her or his performance”) Sehingga diketahui bahwa kegunaan persepsian merupakan suatu kepercayaan tentang proses pengambilan keputusan. Jika seseorang percaya bahwa sistem tersebut berguna maka ia akan menggunakannya.
Kemudahan penggunaan persepsian (perceived ease of use) didefinisikan oleh Davis (1986), sebagai sejauh mana seseorang percaya bahwa menggunakan teknologi akan bebas dari usaha (“is the extent to which a person believe that using a technology will be free of effort”). Sehingga diketahui bahwa konstruk ini juga merupakan suatu kepercayaan tentang proses pengambilan keputusan. Jika seseorang merasa percaya bahwa sistem informasi mudah digunakan maka ia akan menggunakannya.
Sikap terhadap perilaku (attitude towards behavior) didefinisikan oleh Davis et al. (1989), sebagai perasaan positif atau negatif dari seseorang jika harus melakukan perilaku yang akan ditentukan (“an individual’s positive or negative feeling about performing the target behavior”). Mathieson (1991) mendefinisikan sikap terhadap perilaku sebagai evaluasi pemakai tentang ketertarikannya menggunakan sistem (“the user’s evaluation of the desirability of his or her using the system”).
Minat perilaku (behavioral intention) didefinisikan oleh Davis et al. (1989) sebagai suatu keinginan seseorang untuk melakukan suatu perilaku tertentu. Seseorang akan melakukan suatu perilaku jika mempunyai keinginan atau minat untuk melakukannya. Perilaku (behavioral) didefinisikan sebagai tindakan yang dilakukan oleh seseorang. Perilaku dalam konteks sistem teknologi sistem informasi adalah penggunaan sesungguhnya.

Menurut Hartono (2007), TAM mempunyai kelebihan sebagai berikut:
1. TAM merupakan model perilaku yang bermanfaat untuk menjawab pertanyaan mengapa banyak sistem teknologi informasi yang gagal diterapkan karena pemakainya tidak mempunyai minat untuk menggunakannya. Tidak banyak model penerapan sistem teknologi informasi yang memasukkan factor psikologis atau perilaku didalam modelnya dan TAM adalah salah satu yang mempertimbangkannya.
2. TAM dibangun dengan dasar teori yang kuat.
3. TAM telah diuji dengan banyak penelian dan hasilnya sebagian besar mendukung dan menyimpulkan bahwa TAM merupakan model yang baik. Bahkan TAM telah teruji dengan membandingkannya dengan model yang lain.
4. Kelebihan TAM yang paling penting adalah model ini merupakan model yang parsimoni yaitu model yang sederhana tetapi valid.

Hartono (2007), juga menyebutkan kelemahan dari TAM yaitu:
1. TAM hanya memberikan informasi atau hasil yang sangat umum tentang minat dan perilaku pemakai sistem dalam menerima sistemtaknologi informasi. TAM hanya menjelaskan kepercayaan mengapa pemakai mempunyai minat perilaku menggunakan sistem yaitu percaya bahwa sistem yang digunakan berguna dan mudah digunakan. Akan tetapi TAM belum memberikan informasi dan menjelaskan mengapa pemakai sistem mempunyai kepercayaan tersebut.
2. Perilaku pemakai sistem teknologi di TAM tidak dikontrol dengan kontrol perilaku yang membatasi minat perilaku seseorang. Kontrol perilaku ini menjelaskan mengapa seseorang mempunyai minat perilaku yang berbeda pada siuasi yang sama.
3. Perilaku yang diukur pada TAM seharusnya adalah pemakaian atau penggunaan teknolgi sesungguhnya.
4. Peneliian TAM umumnya hanya menggunakan sebuah sistem informasi saja. Kenyataannya pemakai sistem dihadapkan pada lebih dari satu sistem informasi.
5. Beberapa penelitian TAM menggunakan subjek mahasiswa. Penggunaan subjek mahasiswa terutama mahasiswa S-1 tidak sesuai merefleksikan dengan lingkungan kerja yang sebenarnya.
6. Penelitian TAM kebanyakan hanya menggunakan subjek tunggal sejenis saja, misal hanya menggunakan sebuah orgamisasi saja, sebuah departemen saja.
7. Penelitian TAM umumnya hanya menggunakan sebuah tugas semacam saja. Kenyataannya, teknologi yang diinginkan dipakai untuk menyelesaikan lebih dari satu macam tugas.

2.3. Ekspektasi Usaha
Menurut Venkatesh et al.(2003) ekspektasi usaha (Effort Espectancy) merupakan tingkat kemudahan yang dihubungkan dengan penggunaan suatu sistem. Mereka berasumsi bahwa jika sistem mudah digunakan, maka usaha yang dilakukan tidak akan terlalu besar dan sebaliknya jika suatu sistem sulit digunakan maka diperlukan usaha yang besar untuk menggunakannya.
Tiga konstruk yang membentuk konsep ini adalah :
1. Kemudahan penggunaan persepsian (perceived ease of use).
2. Kompleksitas (complexity).
3. Kemudahan penggunaan (ease of use).
Kemudahan penggunaan persepsian didefinisikan Davis et al.(1989) sebagai seberapa jauh seseorang percaya bahwa menggunakan suatu sistem akan bebas dari usaha. Kompleksitas atau kerumitan didefinisikan oleh Rogers dan Shoemaker (1971) sebagai seberapa jauh suatu inovasi dipersepsikan sebagai suatu yang relatif susah untuk digunakan. Sehingga semakin rumit suatu inovasi, semakin rendah tingkat penggunaan suatu sistem oleh individu.
Handayani (2007), menyebutkan bahwa kemudahan penggunaan sistem informasi akan menimbulkan perasaan dalam diri seseorang bahwa sistem itu mempunyai kegunaan dan karena itu menimbulkan rasa yang nyaman bila bekerja dengan mengguanakannya.
Menurut Fahmi (2007) intensitas antara pemakai dengan sistem juga dapat menunjukkan kemudahan penggunaan dan interaksi antara pemakai dengan sistem juga dapat menunjukkan kemudahan penggunaan. Sistem yang lebih sering digunakan menunjukkan bahwa sistem tersebut lebih dikenal, lebih mudah dioperasikan dan lebih mudah digunakan oleh penggunanya.
Menurut Fahmi (2007) Ada beberapa indikator kemudahan penggunaan teknologi informasi antara lain meliputi:
1. Komputer sangat mudah dipelajari.
2. Komputer mengerjakan dengan mudah apa yang diinginkan oleh pengguna.
3. Keterampilan pengguna bertambah dengan menggunakan komputer.
4. Komputer sangat mudah dioperasikan

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kemudahan penggunaan akan mengurangi usaha (waktu dan tenaga) seseorang di dalam mempelajari komputer. Kemudahan tersebut memberikan indikasi bahwa orang yang menggunakan teknologi informasi bekerja lebih mudah dibandingkan dengan orang yang bekerja tanpa menggunakan teknologi informasi (secara manual).

2.4. Faktor Sosial
Menurut Triandis (1971), perilaku dipengaruhi oleh norma-norma sosial yang tergantung pada berita-berita yang diterima dari orang lain dan merefleksikan apa yang individu berpikir yang seharusnya dilakukan. Kemudian ia mengembangkan istilah ini dan menyebutnya dengan istilah faktor-faktor sosial yaitu internalisasi individu tentang kultur subyektif grup referensi dan persetujuan interpersonal spesifik yang telah dibuat oleh individu dengan orang lain pada situasi sosial tertentu.
Faktor sosial diartikan Handayani (2007), sebagai tingkat dimana seorang individu menganggap bahwa orang lain menyakinkan dirinya bahwa dia harus menggunakan sistem baru. Faktor sosial sebagai determinan langsung dari minat pemanfaatan sistem informasi direpresentasikan oleh konstruk-konstruk yang terkait yaitu : norma subjektif, faktor sosial dan image.
Norma subjektif didefinisikan oleh Ajzen (1991) sebagai persepsi seseorang bahwa orang lain meyakinkan dirinya untuk menggunakan sistem baru. Sedangkan Davis et al. (1989) menyebutkan bahwa norma subjektif adalah persepsi seseorang bahwa kebanyakan orang yang penting baginya berpikir bahwa dia seharusnya melakukan perilaku tersebut. Menurut Moore dan Benbasat (1991), image didefinisikan sebagai sejauh mana penggunaan suatu inovasi dipersepsikan meningkatkan imej atau status seseorang didalam sistem sosialnya.
Norma subjektif adalah persepsi atau pandangan seseorang terhadap kepercayaan orang lain yang akan mempengaruhi minat untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku yang sedang dipertimbangkan. Sebagai contoh seorang atasan dalam suatu organisasi pemerintah yang gemar terhadap teknologi informasi akan mendorong stafnya untuk menyukai teknologi informasi tersebut.
Norma subjektif juga diasumsikan sebagai suatu fungsi kepercayaan, tetapi kepercayaan yang macamnya berbeda, yaitu kepercayaan seseorang bahwa individu tertentu atau grup-grup menyetujui atau tidak menyetujui melakukan suatu perilaku. Jika menjadi suatu titik referensi untuk mengarahkan perilaku, individu atau grup-grup tersebut disebut sebagai referents.
Kultur subjektif dari grup referensi menurut triandis (1971) terdiri dari:
1. Norma-norma yaitu instruksi-instruksi pribadi untuk melakukan apa yang dipersepsikan benar dan tepat oleh anggota dari kultur-kultur disituasi tertentu.
2. Peran-peran yaitu berhubungan dengan perilaku yang dipandang benar terkait dengan orang yang memegang suatu posisi tertentu didalam suat grup, masyarakat atau sistem sosial.
3. Nilai-nilai yaitu kategori-kategori abstrak dengan komponen perasaan yang kuat.

Untuk beberapa perilaku, referents yang penting termasuk orang tua, pasangan, teman dekat, teman kerja dan tergantung dari perilaku yang terlibat, mungkin juga berupa pakar atau dokter atau akuntan. Kepercayaan yang mendasari norma subjektif disebut dengan kepercayaan normatif. Secara umum, manusia yang percaya pada kebanyakan referent yang memotifikasi mereka untuk mentaatinya dan berpikir seharusnya melakukan sesuatu peilaku, dikatakan menerima tekanan sosial untuk melakukan perilaku tersebut.
Sebaliknya, manusia yang percaya bahwa bahwa kebanyakan referent yang membuat mereka termotifasi untuk mentaatinya tetapi tidak setuju melakukan suatu perilaku, akan mempunyai norma subjektif yang meletakkan tekanan pada mereka untuk menghindari melakukan perilaku tersebut.
2.5. Kondisi-kondisi yang Memfasilitasi Pemakai
Menurut Triandis (1980), perilaku tidak dapat terjadi jika kondisi-kondisi objektif dilingkungan mencegahnya. Selanjutnya ia mendefinisikan kondisi-kondisi yang memfasilitasi (facilitating conditions) sebagai faktor-faktor objektif yang ada dilingkungan sehingga beberapa penilai atau pengamat dapat menyetujui untuk membuat suatu tindakan mudah dilakukan.
Kondisi-kondisi yang memfasilitasi diartikan oleh Hartono (2003), sebagai sejauh mana seseorang percaya bahwa infrastruktur organisasional dan teknikal tersedia untuk mendukung sistem. Dalam konteks pemanfaatan sistem informasi, kondisi yang memfasilitasi termasuk tersedianya hardware, software, penyediaan dukungan kepada pemakai sistem informasi akuntansi, pemberian pelatihan dan bantuan kepada pemakai. Memberikan pelatihan dan membantu pemakai sistem informasi ketika mereka menghadapi permasalahan-permasalahan, akan mengurangi beberapa hambatan dalam menggunakan sistem.
Menurut Venkatesh (2003), konstruk akar dari kondisi yang memfasilitasi pemakai adalah sebagai berikut:
1. kontrol perilaku persepsian (perceived behavioral control), yaitu refleksi persepsi dari batasan batasan internal dan eksternal pada perilaku yang meliputi keyakinan sendiri, kondisi yang memfasilitasi, sumber daya, dan kondisi yang memfasilitasi teknologi.
2. Kondisi-kondisi yang memfasilitasi (facilitating conditions), yaitu faktor-faktor objektif dilingkungan dimana pengamat setuju membuat suatu tindakan untuk mudah dilakukan, termasuk penyediaan dukungan computer.
3. Kompatibilitas (compatibility), yaitu seberapa jauh suatu inovasi dipersepsikan sebagai sesuatu yang konsisten dengan nilai-nilai yang ada, kebuuhan-kebutuhan dan pengalaman dari pengadopsi potensial.

2.6. Minat Pemanfaatan Sistem Informasi Akuntansi
Minat (intention) didefinisikan Hartono (2007), sebagai keinginan untuk melakukan perilaku. Minat tadak selalu statis. Minat dapat berubah dengan berjalannya waktu. Minat berhubungan dengan perilaku atau tindakan volutional dan dapat memprediksi pengguna sistem informasi dengan akurasi yang tinggi.
Suatu pengukur dari minat yang diperoleh sebelum perubahan terjadi tidak dapat diharapkan memprediksi perilaku secara akurat. Akurasi dari prediksi biasanya akan menurun dengan jumlah waktu yang terjadi antara pengukuran minat tersebut dengan observasi dari perilaku. Karena kemungkinan kejadian-kejadian tidak disangka akan meningkat dengan berlalunya waktu.
Hasil yang menunjukkan bahwa minat dapat memprediksi perilaku dengan cukup akurat tidak berarti dengan sendirinya menyediakan informasi yang banyak tentang alasan melakukan perilakunya. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Ajzen (1988), ia lebih tertarik pada pemahaman perilaku manusia, bukan memprediksinya. Sehingga perlu diidentifikasikan penyebab dari minat perilaku tersebut. Ajzen dan fishbein (1980) memperkenalkan TRA untuk menjelaskan maksud ini, yaitu mencoba menjelaskan penyebab dari perilaku volutional.
TRA didasarkan pada asumsi bahwa manusia biasanya berperilaku dengan cara yang sadar, bahwa mereka mempertimbangkan informasi yang tersedia, dan secara implisit juga eksplisit mempertimbangkan implikasi dari tindakan yang dilakukan. Konsisten dengan fokusnya pada perilaku volutional, dan sesuai dengan penemuan yang sudah dilaporkan, teori ini mempostulasikan bahwa minat dari seseorang untuk melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku merupakan penentu langsung dari tindakan atau perilaku. Dengan membatasi kejadian tidak terduga, manusia diharapkan akan bertindak sesuai dengan minat mereka.


Menurut TRA, minat merupakan suatu fungsi dari dua penentu dasar yaitu:
1. Faktor pribadi, yaitu berhubungan dengan sikap terhadap perilaku individual. Sikap adalah evaluasi kepercayaan atau perasaan positif juga negatif dari individu jika harus melakuka perilaku tertentu yang dikehendaki.
2. Pengaruh sosial, yaitu norma subjekif. Disebut norma subjektif karena berhubungan dengan preskripsi normatif persepsian. Preskripsi normatif persepsian adalah persepsi atau pandangan seseorang terhadap tekanan sosial (kepercayaan-kepercayaan orang lain) yang akan mempengaruhi minat untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku yang sedang dipertimbangkan.

2.8. Penelitian Sebelumnya
Penelitian yang dilakukan oleh Thompson et al.(1991), dengan judul ”Personal Computing : Toward a conceptual Model of Utilization”, dengan responden pekerja profesional pada perusahaan pabrikan multinasional. Hasilnya menunjukkan bahwa dukungan moderat terhadap model pemanfaatan komputer personal berbasis pada teori perilaku interpersonal yang dikembangkan oleh Triandis (1980).
Pada teori interpersonal, Triandis mengusulkan bahwa minat-minat ditentukan oleh perasaan yang dimiliki manusia terhadap perilaku, apa yang mereka pikirkan tentang yang seharusnya dilakukan (faktor sosial), dan oleh konsekuensi ekspektasian dari perilaku. Selanjutnya perilaku dipengaruhi oleh apa yang telah manusia lakukan (disebut kebiasaan), oleh minat perilakunya dan oleh kondisi yang memfasilitasi.
Pada penelitiannya, Thomson et al.(1991) menguji pengaruh langsung dari faktor sosial, perasaan, konsekuensi persepsian dam kondisi yang memfasilitasi terhadap perilaku. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor-faktor sosial, kerumitan, kesesuaian pekerjaan dan konsekuensi-konsekuensi jangka panjang secara positif signifikan mempengaruhi pemanfaatan (utilization) personal komputer dengan tingkat signifikansi 0,005. Sedangkan perasaan dan kondisi-kondisi yang memfasilitasi tidak berpengaruh positif signifikan terhadap pemanfaatan komputer personal.
Penelitian yang dilakukan oleh Venkatesh et.al., (2003), Dengan judul: “User Acceptance of Information Technologi: Toward a Unified View”, yang menguji pengaruh ekspektasi kinerja, ekspekasi usaha, faktor sosial dan kondisi-kondisi yang memfasilitasi terhadap minat pemanfaatan sistem informasi. Penelitian ini dilakukan terhadap industri komunikasi, hiburan, perbankan dan administrasi publik yang menggunakan sistem informasi secara wajib (mandatory) dan sukarela (voluntary).
Hasil dari penelitian yang dilakukan Venkatesh (2003), adalah ekspektasi kinerja, ekspektasi usaha dan faktor sosial berpengaruh positif signifikan terhadap minat pemanfaatan sistem informasi. Sedangkan kondisi-kondisi yang memfasilitasi ditemukan tidak berpengaruh positif signifikan terhadap minat pemanfaatan sistem informasi.
Selanjutnya Handayani (2007), meneliti tentang “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Pemanfaatan Sistem Informasi dan Penggunaan Sistem Informasi”. Peneliti dimaksud melakukan penelitian terhadap perusahaan industri manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta yang menguji pengaruh ekspektasi kinerja, ekspektasi usaha dan faktor sosial terhadap minat pemanfaatan sistem informasi dan kondisi-kondisi yang memfasislitasi pemakai serta minat pemanfaatan sistem informasi berpengaruh terhadap penggunaan sistem informasi.
Penelitian yang dilakukan Handayani (2007), memberikan hasil bahwa ekspektasi kinerja, ekspektasi usaha dan faktor sosial berpengaruh positif signifikan terhadap minat pemanfaatan sistem informasi. Kondisi-kondisi yang memfasilitasi dinyatakan berpengaruh positif signifikan terhadap penggunaan sistem informasi. Minat dinyatakan berpengaruh positif signifikan terhadap penggunaan siste informasi.




Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel. 1
Hasil-hasil Deskripsi Penelitian Sebelumnya
No Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian

1.
Thompson. et.al., (1991)
Personal Computing : Toward a conceptual Model of Utilization









1. faktor-faktor sosial, kerumitan, kesesuaian pekerjaan dan konsekuensi jangka panjang berpengaruh positif signifikan terhadap pemanfaatan komputer personal.
2. faktor perasaan dan kondisi yang memfasilitasi tidak berpengaruh positif signifikan terhadap pemanfaatan komputer personal.


2.
Venkatesh et.al., (2003)
User Acceptance of information technology: Toward a unified view
1. Ekspektasi kinerja berpengaruh positif signifikan terhadap minat pemanfaatan dan system informasi.
2. Ekspektasi usaha berpengaruh positif signifikan terhadap minat pemanfaatan sistem informasi.
3. Faktor sosial berpengaruh positif signifikan terhadap minat pemanfaatan informasi.
4. Kondisi-kondisi yang memfasilitasi pemakai tidak berpengaruh positif signifikan terhadap penggunaan sistem informasi.
3. Handayani (2007) Analisis faktor –faktor yang mempengaruhi minat pemanfaatan sistem informasi dan penggunaan sistem informasi 1. Ekspektasi kinerja berpengaruh positif signifikan terhadap minat pemanfaatan dan sistem informasi.
2. Ekspektasi usaha berpengaruh positif signifikan terhadap minat pemanfaatan sistem informasi.
3. Faktor sosial berpengaruh positif signifikan terhadap minat pemanfaatan informasi.
4. Kondisi-kondisi yang memfasilitasi pemakai berpengaruh positif signifikan terhadap penggunaan sistem informasi.
5. Minat pemanfaatan sistem informasi berpengaruh positif signifikan terhadap penggunaan sistem informasi.

Sumber: Data diolah (2008)
2.9. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah dan tinjauan kepustakaan maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:
H1 : Ekspektasi usaha mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap minat pemanfaatan sistem informasi akuntansi.
H2 : Faktor sosial mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap minat pemanfaatan sistem informasi akuntasi.
H3 : Kondisi-kondisi yang memfasilitasi pemakai mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap minat pemanfaatan sistem informasi akuntansi.
H4 : Ekspektasi Usaha, Faktor sosial dan kondisi-kondisi yang memfasilitasi pemakai pengaruh positif signifikan terhadap minat pemanfaatan sistem informasi akuntansi.
Berdasarkan hipotesis diatas, penulis membangun sebuah model penelitian sebagai berikut:










Gambar 1. Model Penelitian
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Populasi dan sampel penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah: Satker-satker dalam wilayah Pembayaran Kantor Pelayanan dan Perbendaharaan Negara (KPPN) Banda Aceh. Terdiri dari 465 satker yaitu sebagai mana terlampir dalam skripsi ini.
Adapun pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan metode non random sampling yaitu dengan menggunakan teknik purposive sampling (teknik sampling bertujuan).
Pertimbangan tersebut didasarkan pada kepentingan atau tujuan penelitian. Persyaratan menjadi responden adalah kabag, kasubbag dan staf yang menggunakan sistem informasi akuntansi dalam menyelesaikan pekerjaannya dan telah menempati posisi tersebut minimal 1 tahun. Penentuan besarnya sampel dari elemen populasi yang datanya mudah diperoleh peneliti, dengan menggunakan rumus Slovin (Husein, 2003)

Dimana :
n = Jumlah sample
N = Populasi
d = Presisi

Jadi :

82,30
82 sampel
Adapun sampel penelitian ini untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 2.
Jumlah Sampel Penelitian
No Satuan Kerja Sampel
1. Badan Ketahanan Pangan Provinsi NAD 4
2. Badan Arsip Provinsi NAD 3
3. Balai Bahasa Banda Aceh 1
4. Balai Monitor Spektrum Radio dan Orbit Satelit Kelas II 2
5. Balai Wilayah Sungai Sumatera 1 Provinsi NAD 1
6. Balai Pembibitan Ternak Unggul Sapi Aceh Indrapuri 1
7. Balai Latihan Kerja Banda Aceh 2
8. Biro Operasi POLDA NAD 1
9. Cabang Rumah Tahanan Negara Lhok Nga 2
10. Cabang Rumah Tahanan Negara Kota Bakti 2
11. DENMA POLDA NAD 5
12. IAIN Ar-Raniry 3
13. Kanwil Badan Pertanahan Nasional Provinsi NAD 2
14. Kanwil 1 Ditjen Perbendaharaan Banda Aceh 3
15. Kanwil XIII Ditjen Bea dan Cukai Banda Aceh 3
16. Kanwil Departemen Agama 1
17. Kanwil DJP NAD 5
18 Kanwil Dept. Hukum dan Ham Provinsi NAD
19 KPPN Banda Aceh 2
KPU Kota Sabang 2
KPU Kabupaten Pidie 2
LPMP Provinsi NAD 2
Mahkamah Syar’iyah Provinsi NAD 2
MIN Adan Kab.pidie 2
MIN Beurabo Kab.pidie 2
MIN Beureunuen Kab.Pidie 2
MIN Blang Paseh Kab.Pidie
MIN Gumpueng Kab.Pidie 2
MIN Jangka Buya Kab.Pidie Jaya 2
MIN Keude Batee Kab.Pidie 2
MIN Lhok Nga Kab.Aceh Besar 2
MIN Pangwa Kab.Pidie Jaya 2
MTsN Banda Aceh 2
MAN Banda ACEH I 2
MAN Kembang Tanjong Kab.Pidie 2
MAN Rukoh Banda Aceh 2
Perwakilan IX BPK di Banda Aceh 2
Perwakilan BPKP Provinsi NAD 2
Pengadilan Militer Tinggi 1-01 Di Banda Aceh 2
Pengadilan Negeri Banda Aceh 2
POLRES Kab.Aceh Besar 2
POLRES Kab.Pidie Rumah Tahanan Negara klas II Jantho1 orang 1
SNVT Pelaksana Pengelolaan SDA Sumatera 1 Provinsi NAD 1
Universitas Syiah Kuala 4





3.2. Data dan Teknik Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui penelitian lapangan (field research) yaitu dengan menggunakan kuesioner yang berisi daftar pertanyaan terstruktur yang diantar langsung kepada responden. Kuesioner diadobsi dari Venkatesh (2003)yang disesuaikan dengan kebutuhan penelitian.


3.3. Definisi dan Operasional Variabel
a. Variabel Independen (X)
Variabel yang menjelaskan variabel bebas adalah ekspektasi usaha, faktor sosial dan kondisi-kondisi yang menfasilitasi pemakai. Ekspektasi usaha diukur dengan enam item pertanyaan, faktor sosial diukur dengan enam item pertanyaan dan kondisi-kondisi yang menfasilitasi pemakai diukur dengan lima item pertanyaan.
b. Variabel Dependen (Y)
Variabel terikat diwakili oleh minat pemanfaatan sistem informasi akuntansi diukur dengan tiga item pertanyaan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel. 3
Matriks Identifikasi Dan Penggukuran Variabel Penelitian.
Jenis Variabel Konsep
Teori Indikator Skala Pengukuran

Ekspektasi Usaha (X1)
Ekspektasi usaha adalah tingkat kemudahan penggunaaan sistem yang akan dapat mengurangi upaya berupa waktu dan tenaga (venkatesh, 2003)
1. Menurut individu, sistem Informasi Akuntansi mudah untuk digunakan.
2. Menurut individu, menjadi ahli dalam penggunaan sistem adalah mudah.
3. Akan mudah bagi individu, ketika meminta sistem untuk mengerjakan apa yang mereka butuhkan.
4. Menggunakan sistem menyita waktu individu dalam menyelesaikan pekerjaan.
5. Menggunakan sistem memerlukan waktu yang lama untuk aktivitas teknik.
6. Membutuhkan waktu yang lama untuk mempelajari bagaimana cara menggunakan sistem supaya bermanfaat.
7. Individu percaya bahwa semua pekerjaan yang diinginkan dapat diselesaikan dengan mudah oleh sistem.
8. Mudah bagi individu untuk mempelajari bagaimana cara mengoperasikan sistem
9. Secara keseluruhan, individu percaya bahwa sistem tersebut mudah untuk digunakan.

Interval


Factor-faktor sosial yaitu internalisasi individu tentang kultur subyektif grup referensi dan persetujuan interpersonal spesifik yang telah dibuat oleh individu dengan orang lain pada situasi sosial tertentu (Triandis, 1971).


1. Sebagian besar rekan kerja mempengaruhi individu supaya menggunakan Sistem Informasi Akuntansi dalam menyelesaikan pekerjaan.
2. Atasan mempengaruhi individu untuk menggunakan sistem informasi akuntansi.
3. Individu menggunakan sistem karena mayoritas teman kerja mereka menggunakannya.
4. Pimpinan organisasi telah sangat terbantu oleh penggunaan sistem informasi akuntansi.
5. Secara umum, organisasi telah memberi dukungan penuh terhadap penggunaan sistem informasi akuntansi.
6. Dalam organisasi, individu yang memahami sistem mempunyai status yang lebih tinggi daripada yang tidak.
7. Ahli dalam sistem informasi adalah simbol status dalam organisasi.

Interval


Kondisi-kondisi yang memfasilitasi pemakai (X3)
Kondisi-kondisi yang memfasilitasi diartikan sebagai sejauh mana seseorang percaya bahwa infrastruktur organisasional dan teknikal tersedia untuk mendukung sistem (Hartono 2003).

1. Individu memiliki sumber daya yang diperlukan untuk menggunakan Sistem Informasi Akuntansi.
2. Individu memiliki pengetahuan yang diperlukan untuk dapat menggunakan Sistem Informasi Akuntansi
3. Tersedia instruktur khusus untuk membantu bila terjadi gangguan dalam penggunakan Sistem Informasi Akuntansi.
4. Individu diberikan instruksi khusus mengenai sistem.
5. Menggunakan Sistem Informasi Akuntansi sesuai dengan gaya bekerja individu.
6. Menggunakan sistem sangat sesuai dengan seluruh aspek pekerjaan individu.

Interval


Minat Pemanfaatan Sistem Informasi Akuntansi (Yi)
Perilaku seseorang merupakan ekspresi dari keinginan atau minat seseorang (intension), Dimana keinginan tersebut dipengaruhi oleh faktor sosial, perasaan (affect) dan konsekuensi yang dirasakan (triandis, 1980)
1. Individu mempunyai keinginan untuk menggunakan Sistem Informasi Akuntansi untuk waktu yang akan datang.
2. Individu memprediksikan bahwa Sistem Informasi Akuntansi akan digunakan untuk waktu yang akan datang.
3. Individu berencana akan menggunakan sistem informasi akuntansi untuk waktu yang akan datang.
Interval








Sumber : data diolah (2008)

3.4. Pengujian Validitas dan Reliabilitas
Sebelum data diolah lebih lanjut, maka sebaiknya dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Instrumen yang valid berarti alat yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) valid. Valid berarti instrument tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Untuk mengetahui apakah instrumen yang telah disusun memiliki validitas atau tidak, maka dilakukan pengujian secara statistik dengan menggunakan uji Pearson Product berupa Moment Coefficient of Correlationt dengan bantuan SPSS 12.0. yaitu dengan menghitung korelasi antara skor masing-masing butir pertanyaan dengan total skor (Ghozali, 2001). Pernyataan dikatakan valid karena memiliki tingkat signifikansi dibawah 0,05.
Sedangkan instrument yang reabel (handal) adalah instrument yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama akan menghasilkan daa yang sama (Nunally,1976). Untuk mengukur kehandalan kuesioner yang digunakan, maka penelitian ini menggunakan uji reliabilitas berdasarkan Coefficient Cronbach Alpha. Suatu konstruk dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha >0,50.

3.5. Metode Analisa Data
3.5.1. Analisis Regresi Linier Berganda
Metode statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda (multiple regression analysis) dengan bantuan program SPSS. Model persamaan regresi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Y1 = α + β 1 X1 + β 2 X2 + β 3 X3 + e
Keterangan :
Y1 : Minat Pemanfaatan Sistem Informasi Akuntansi
X1 : Ekspektasi Usaha
X2 : Faktor sosial
X3 : Kondisi-kondisi yang memfasilitasi pemakai
α : Konstanta
β : Koefisien regresi
e : Error
3.5.2. Uji F (Simultan)
Uji simultan atau disebut dengan uji F, yaitu untuk menguji apakah variabel independennya secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen. Dengan tingkat signifikansi 0,05. Dimana jika p<0,05>0,maka secara bersama-sama variabel independennya berpengaruh terhadap variable dependen.
3.5.3. Uji T (Parsial)
Uji Parsial (Koefisien Regresi) atau disebut dengan uji T digunakan untuk menguji signifikansi konstanta dan variabbel independen yang terdapat dalam persamaan tersebut, secara individu apakah berpengaruh terhadap nilai variabel dependen. Jika p-value<0,05>0 maka secara individu variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen.























BAB IV
ANALISIS HASIL PENELITIAN

4.1. Karakteristik Responden
Responden dalam penelitian ini dapat ditinjau dari berbagai karakteristik. Karakteristik yang dimaksud meliputi satuan kerja, jabatan, pendidikan dan lama bekerja. Jumlah satuan kerja terdiri dari 44 organisasi pemerintah dengan 82 responden didalamnya. Adapun untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel jumlah sampel penelitian di bab sebelumnya.
Mengenai jabatan dari responden sangat beragam, mulai dari kabag, kasubbag, kepala sekolah, kepala tata usaha, kepala tata usaha, bendahara umum, bendahara pengeluaran, bendahara penerimaan, pelaksana seksi, pembuat daftar gaji, pembuat surat perintah membayar, operator sistem, staf keuangan, staf perlengkapan, staf pelaporan, staf tata usaha sampai dengan staf administrasi.
Adapun mengenai lama bekerja, semua responden memenuhi syarat untuk dianalisis lebih lanjut, karena semuanya memiliki masa bekerja diatas 1 tahun. Sebagaimana persyaratan yang diajukan dalam penelitian ini. Sedangkan pendidikan terakhir mereka terdiri dari D1, D3, S1, dan S2.

4.2. Hasil Pengujian Instrumen
4.2.1. Hasil Uji Validitas
Pengujian validitas data dalam penelitian ini dilakukan secara statistik, yaitu dengan menggunakan uji Pearson Product-Moment Coeffisient of Correlation dengan bantuan software computer melalui program Statistic Package for Social Science 12.0. Berdasarkan hasil pengolahan data (lihat lampiran), semua item pernyataan dinyatakan valid karena memiliki nilai signifikansi diatas 5%. Jika dilakukan secara manual maka nilai korelasi hasil perhitungan yang diperoleh harus dibandingkan dengan nilai kritis korelasi product moment. Setiap item pernyataan dinyatakan valid jika nilai korelasi hitung > nilai kritis korelasi product moment (lihat tabel 4.1 nilai kritis korelasi r product moment untuk n = 82 pada lampiran), sehingga semua pernyataan tersebut signifikan dan memiliki validitas konstruk. Untuk lebih jelasnya mengenai hasil uji validitas dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut.
Tabel 4.1
Hasil Uji Validitas

Item Pertanyaan Kuefisien Korelasi Nilai Kritis R Keterangan
N = 82
A1 0.268 Valid
A2 0.598 ~ I I ~
A3 0.419 ~ I I ~
A4 0.436 ~ I I ~
A5 0.428 ~ I I ~
A6 0.615 ~ I I ~
A7 0.597 ~ I I ~
A8 0.570 ~ I I ~
A9 0.560 ~ I I ~
B1 0.588 ~ I I ~
B2 0.690 ~ I I ~
B3 0.610 ~ I I ~
B4 0.576 ~ I I ~
B5 0.462 ~ I I ~
B6 0.838 ~ I I ~
B7 0.654 ~ I I ~
C1 0.661 ~ I I ~
C2 0.728 ~ I I ~
C3 0.730 ~ I I ~
C4 0.830 ~ I I ~
C5 0.660 ~ I I ~
C6 0.533 ~ I I ~
D1 0.908 ~ I I ~
D2 0.940 ~ I I ~
D3 0.940 ~ I I ~
Valid

Tabel 4.1 diatas menunjukkan bahwa semua item pernyataan dikatakan valid, hal ini dikarenakan semua nilai koefisien korelasi yang diperoleh lebih beser dari nilai korelasi tabel.

4.2.2. Hasil Uji Reliabilitas
Untuk menguji kehandalan koesioner yang digunakan, maka penelitian ini menggunakan uji reliabilitas. Analisis digunakan untuk menafsirkan korelasi antara skala yang dibuat dengan skala variabel yang ada. Hasil uji reliabilitas (Tabel 4.2) untuk variabel dependen dan variabel independent menunjukkan hasil yang reliabel. Nilai cronbach alpha yang dihasilkan > 0.5, sehingga seluruh variabel yang digunakan dinyatakan reliabel.
Hasil pengolahan data memperlihatkan nilai cronbach alpha untuk masing-masing variabel yakni sebesar 0,615 untuk variabel ekspektasi usaha (X1), dan sebesar 0,755 untuk variabel faktor sosial (X2). Sebesar 0,711 untuk variabel kondisi-kondisi yang memfasilitasi pemakai (X3). Sebesar 0,921 untuk variabel minat pemanfaatan sistem informasi akuntansi (Y). Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut:






Tabel 4.2
Uji Rehabilitas
Variabel Jumlah Item Cronbach Alpha Keterangan
Ekspektasi Usaha ( X1 )
Faktor Sosial ( X2 )
Kondisi-Kondisi Yang Memfasilitasi Pemakai ( X3 )
Minat Manfaat Sistem Informasi Akuntansi ( Y ) 9
7

6

3 0.615
0.755

0.711

0.921 Reliabel
~ I I ~

~ I I ~

Reliabel

4.3. Deskripsi dan Analisis Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang disampaikan secara langsung oleh peneliti kepada responden. Setelah koesioner diisi oleh responden, peneliti mengambil kembali untuk selanjutnya ditabulasi dan diolah dengan menggunakan software computer melalui program SPSS 12.0 dan Microsoft axcel. Lama waktu responden dalam mengembalikan kuesioner berbeda-beda, namun rata-rata responden mengembalikannya dalam waktu satu minggu kecuali untuk responden yang ditemui dikantor KPPN Banda Aceh, mereka mengisi langsung pada hari itu juga. Dari jumlah kuesioner yang dibagikan kepada responden sebanyak 82 eksemplar, semuanya diterima kembali oleh peneliti.





4.4. Analisis Persepsi Responden
Analisis deskripsi kualitatif yang dilakukan terhadap 82 jawaban responden mengenai variabel-variabel penelitian yang meliputi ekspektasi usaha, faktor sosial, kondisi-kondisi yang memfasilitasi pemakai dan minat pemanfaatan sistem informasi akuntansi yang diukur berdasarkan skala likert. Gambaran umum persepsi responden terhadap masing-masing pernyataan dalam variabel terkait dapat dilihat dari skor rata-rata (mean) untuk masing-masing variabel sebagaimana terlihat dalam tebel 4.3, 4.4, 4.5 dan 4.6.



4.4.1. Persepsi Responden Terhadap Ekspektasi Usaha
Dalam penelitian ini, ekspektasi usaha dijabarkan kedalam 9 (sembilan) pernyataan. Masing-masing pernyataan diberikan alternatif pilihan jawaban yang berkisar antara sangat tidak setuju (dengan skor 1) sampai dengan sangat setuju (dengan skor 5). Tinggi rendahnya pengaruh ekspektasi usaha terhadap minat pemanfaatan sistem informasi akuntansi pada satker-satker dalam wilayah pembayaran KPPN Banda Aceh dapat dilihat dari alternatif pilihan jawaban mereka terhadap masing-masing pernyataan.
Pernyataan yang menyatakan bahwa: “Mengunakan sistem membutuhkan waktu yang lama untuk aktivitas teknik (misal input data)”. Untuk pernyataan ini diperoleh skor rata-rata jawaban responden 3,77. Angka ini cenderung mendekati 4,00 (skor pilihan setuju). Dari besarnya nilai rata-rata tersebut dapat diartikan bahwa responden dalam penelitian ini menganggap bahwa menggunakan sistem membutuhkan waktu yang lama untuk aktivitas teknik.
Pernyataan lain yang berkenaan dengan ekspektasi usaha adalah: ”Mudah bagi saya untuk mempelajari bagaimana cara mengoperasikan sistem”. Untuk pernyaaan ini diperoleh skor rata-rata sebesar 3,76. Angka ini cenderung mendekati 4.00 (skor untuk pilihan jawaban setuju). Nilai rata-rata tersebut mencerminkan bahwa menurut pendapat responden, mudah untuk mempelajari bagaimana cara mengoperasikan sistem.
Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut ini.
Frekuensi Rata
rata
Pernyataan Sangat
Tidak
setuju Tidak Setuju Ragu-
Ragu Setuju Sangat
setuju
1. Menurut Saya, Sistem Tersebut Akan Mudah Untuk digunakan
2. Akan Mudah Bagi Saya Untuk Menjadi Ahli Dalam Menggunakan Sistem
3. Akan Mudah Bagi Saya Ketika Meminta Sistem Untuk Mengerjakan Apa Yang Saya Butuhkan
4. Menggunakan Sistem Menyita Waktu Saya Dalam Menyelesaikan Pekerjaan
5. Menggunakan Sistem Membutuhkan Waktu Yang Lama Untuk Aktivitas Teknik (Misal Input Data)
6. Membutuhkan Waktu Yang Cukup Lama Untuk Mempelajari Bagaimana Cara Menggunakan Sistem Supaya Bermanfaat
7. Saya Percya Bahwa Semua Pekerjaan Yang diinginkan Dapat diselesaikan dengan mudah oleh Sistem
8. Mudah Bagi Saya Untuk Mempelajari Bagaimana cara Mengoperasi Sistem
9. Secara Keseluruhan, Saya Percaya Bahwa Sistem Tersebut Mudah Untuk digunakan
1


2


3



3



1




3


4




1


-
12


6


17



20



14




21


11




9


2

31


24


27



10



12




20


24




15


10

36


36


25



29



31




25


30




41


45

2


14


10



20



24




13


13




16


25

3.32


3.66


3.27



3.52



3.77




3.29


3.45




3.76


4.13
Rerata 3.57

Pada tabel 4.3 diatas juga menyebutkan nilai rata-rata skor alternatif pilihan jawaban responden terhadap seluruh pernyataan yang berhubungan dengan ekspektasi usaha menunjukkan angka sebesar 3,57. Angka ini mencerminkan bahwa responden yang terdiri dari satker-satker dalam wilayah pembayaran KPPN Banda Aceh berpendapat bahwa ekspektasi usaha menjadi pertimbangan tersendiri dalam hal minat pemanfaatan sistem informasi akuntansi.

4.4.2. Persepsi Responden Terhadap Faktor Sosial
Dalam penelitian ini, faktor sosial dijabarkan kedalam 7 (tujuh) pernyataan. Masing-masing pernyataan diberikan alternatif pilihan jawaban yang berkisar antara sangat tidak setuju (dengan skor 1) sampai dengan sangat setuju (dengan skor 5). Berpengaruh tidaknya faktor sosial terhadap minat pemanfaatan sistem informasi akuntansi pada satker-satker dalam wilayah pembayaran KPPN Banda Aceh dapat dilihat dari alternatif pilihan jawaban responden terhadap pernyataan yang berhubungan dengan faktor sosial.
Untuk pernyataan yang menyatakan bahwa: “Atasan mempengaruhi saya untuk menggunakan sistem”, diperoleh skor rata-rata jawaban sebesar 3,55. Angka ini cenderung mendekati angka 4,00 (skor untuk pilihan jawaban setuju). Angka tersebut mengidentifikasikan bahwa atasan/pimpinan organisasi mempengaruhi responden untuk menggunakan sistem informasi akuntansi.
Selanjutnya untuk pernyataan yang menyatakan bahwa:”Secara umum, organisasi telah memberi dukungan penuh terhadap penggunaan sistem”, diperoleh skor rata-rata jawaban sebesar 3,40 Angka ini cenderung mendekati angka 4,00 (skor untuk pilihan jawaban setuju). Angka tersebut mengidentifikasikan bahwa secara umum, organisasi telah memberi dukungan penuh terhadap responden untuk menggunakan sistem informasi akuntansi.
Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut ini.
Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Kesetujuan Terhadap Pernyataan Yang Berhubungan Dengan Faktor Sosial
Pernyataan Frekuensi Rata
rata
Sangat
Tidak
setuju Tidak Setuju Ragu-
Ragu Setuju Sangat
setuju
1. Sebagian Besar Rekan Kerja Mempengaruhi Saya Supaya Menggunakan Sistem Dalam Menyelesaikan Pekerjaan
2. Atasan Mempengaruhi Saya Untuk Mengguna-kan Sistem
3. Saya Menggunakan Sistem Karena Mayoritas Teman Kerja Menggu-nakannya
4. Atasan Saya Sangat Terbantu Oleh Penggu-naan Sistem
5. Secara Umum, Organisasi Telah Memberi Dukungan Penuh Terhadap Penggunaan sis-tem
6. Dalam Lingkungan Kerja Saya, Individu Yang Memahami Sistem Mempunyai Status Yang Lebih Tinggi Dari pada yang tidak
7. Ahli Dalam Sistem adalah Simbol Status Dalam Lingkungan

1



3

3


-



-




3



5


23



11

27


2



3




18



16


29



18

27


12



10




20



25


26



38

17


41



37




25



20


3



12

8


27



32




16



16


3.09



3.55

3.00


4.13



4.20




4.40



3.22
Rerata 3.52

Pada Tabel 4.4 diatas dapat dilihat nilai rata-rata skor alternatif pilihan jawaban responden terhadap seluruh pernyataan yang berhubungan dengan faktor sosial menunjukkan angka sebesar 3,52. Angka ini mengartikan bahwa responden yang terdiri dari satker-satker dalam wilayah pembayaran KPPN Banda Aceh berpendapat bahwa faktor sosial menjadi pertimbangan tersendiri dalam hal minat pemanfaatan sistem informasi akuntansi.


4.4.3. Persepsi Responden Terhadap Kondisi-Kondisi yang Memfasilitasi Pemakai
Dalam penelitian ini, variabel kondisi-kondisi yang memfasilitasi pemakai dijabarkan kedalam 6 (enam) pernyataan. Masing-masing pernyataan diberikan alternatif pilihan jawaban yang berkisar antara sangat tidak setuju (dengan skor 1) sampai dengan sangat setuju (dengan skor 5). Berpengaruh tidaknya kondisi-kondisi yang memfasilitasi pemakai terhadap minat pemanfaatan sistem informasi akuntansi pada satker-satker dalam wilayah pembayaran KPPN Banda Aceh dapat dilihat dari alternatif pilihan jawaban responden terhadap pernyataan yang berhubungan dengan kondisi-kondisi yang memfasilitasi pemakai.
Untuk pernyataan yang menyatakan bahwa: “Saya memiliki sumber daya (missal: kompuer, software dll) yang dibutuhkan untuk menggunakan sistem”, diperoleh skor rata-rata jawaban sebesar 4,23. Angka ini cenderung mendekati angka 5,00 (skor untuk pilihan jawaban sangat setuju). Angka tersebut mengidentifikasikan bahwa responden memiliki sumber daya yang dibutuhkan untuk menggunakan sistem informasi akuntansi.
Selanjutnya untuk pernyataan yang menyatakan bahwa:”Secara umum, organisasi telah memberi dukungan penuh terhadap penggunaan sistem”, diperoleh skor rata-rata jawaban sebesar 3,40 Angka ini cenderung mendekati angka 4,00 (skor untuk pilihan jawaban setuju). Angka tersebut mengidentifikasikan bahwa secara umum, organisasi telah memberi dukungan penuh terhadap responden untuk menggunakan sistem informasi akuntansi.

Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.5 berikut ini.
Table 4.5
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Kesetujuan Terhadap Pernyataan Yang Berhubungan Dengan Kondisi yang Memfasilitasi Pemakai

Pernyataan Frekuensi Rata
rata
Sangat
Tidak
setuju Tidak Setuju Ragu-
Ragu Setuju Sangat
setuju
1. Saya Memiliki Sumber daya (misal : Komputer, Software dll) yang di butuhkan untuk menggunakan Sistem
2. Saya memiliki Pengetahuan Yang diperlukan untuk dapat menggunakan system
3. Instruktur Khusus yang membantu saya bial terjadi gangguan dalam penggunaan sistem telah tersedia
4. Saya Diberikan Instruktur Khusus Mengenai Sistem
5. Menggunakan Sistem Sesuai dengan gaya Bekerja saya
6. Menggunakan Sistem sangatlah Sesuai dengan seluruh aspek Pekerjaan saya
-



-




3

-


2


-

-



-




9

14


11


2

8



15




10

23


19


12

47



51




45

32


37


46

27



16




15

13


13


22
4.23



4.01




3.73

3.54


3.59


4.07

Rerata 3.86

Pada Tabel 4.5 diatas juga dapat dilihat nilai rata-rata skor alternatif pilihan jawaban responden terhadap seluruh pernyataan yang berhubungan dengan kondisi-kondisi yang memfasilitasi pemakai yang menunjukkan angka sebesar 3,86. Angka ini mengartikan bahwa kondisi-kondisi yang memfasilitasi pemakai telah tersedia untuk responden dilihat dari setiap item yang telah tersusun.



4.4.4. Persepsi Responden Terhadap Minat Pemanfaatan Sistem Informasi Akuntansi
Dalam penelitian ini, variabel minat pemanfaatan sistem informasi akuntansi dijabarkan kedalam 3 (tiga) pernyataan. Masing-masing pernyataan diberikan alternatif pilihan jawaban yang berkisar antara sangat tidak setuju (dengan skor 1) sampai dengan sangat setuju (dengan skore 5). Tingkat kesetujuan responden terhadap item-item pernyataan yang berhubungan dengan minat pemanfaatan sistem informasi akuntansi tersebut dapat dilihat dari alternatif pilihan jawaban responden terhadap masing-masing pernyataan.
Untuk pernyataan pertama yang menyatakan bahwa: “Saya mempunyai keinginan menggunakan sistem informasi untuk waktu yang akan datang”, diperoleh skor rata-rata jawaban sebesar 4,30. Angka ini cenderung mendekati angka 5,00 (skor untuk pilihan jawaban sangat setuju). Angka tersebut mengidentifikasikan bahwa responden memiliki minat untuk menggunakan sistem informasi akuntansi untuk waktu yang akan datang.
Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.6 berikut ini.
Tabel 4.6
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Kesetujuan Terhadap Pernyataan Yang Berhubungan Dengan Minat Manfaat Sistem Informasi Akuntansi

Pernyataan Frekuensi Rata
rata
Sangat
Tidak
setuju Tidak Setuju Ragu-
Ragu Setuju Sangat
setuju
1. Saya mempunyai Ke-inginan Menggunakan sistem informasi untuk waktu yang akan dating
2. Saya Memprediksi Bahwa saya akan Menggunakan Sistem Informasi Untuk waktu yang akan dating
3. Saya Berencana Akan Menggunakan sistem informasi untuk waktu yang akan datan

-


-


-

1


2


2


4


5


5

46


45


45


31


30


30

4.30


4.26


426
Rerata 4.27


Pada Tabel 4.6 diatas dapat dilihat nilai rata-rata skor alternatif pilihan jawaban responden terhadap seluruh pernyataan yang berhubungan dengan minat pemanfaatan sistem informasi akuntansi menunjukkan angka sebesar 4,27. Angka ini mengartikan bahwa responden telah berminat untuk menggunakan sistem informasi akuntansi.

4.5. Analisis Pengaruh Ekspektasi Usaha Terhadap Minat Pemanfaatan Sistem Informasi Akuntansi
Ekspektasi usaha berpa


Tidak ada komentar:

Posting Komentar